Wednesday, September 25, 2013

Amanah Perempuan dalam Mengatasi Masalah Kesehatan Global



Berbicara soal perempuan, kita harus terlebih dahulu mengetahui peran mereka di dunia ini. Ada tiga peran yang akan dijalani oleh perempuan, yaitu peran sebagai anak, istri, dan ibu. Dalam menjalankan peran tersebut, ada “amanah” yang mereka emban. “Amanah” yang dapat menentukan masa depan dunia.
Sebagai seorang anak, “amanah” yang paling utama untuk mereka jalankan adalah belajar. Edukasi sedini mungkin seputar masalah kesehatan, terutama kesehatan seksual saat mereka mencapai 12 tahun (awal masa pubertas), akan sangat vital bagi anak tersebut. Saya terinspirasi dari sebuah video berjudul “The-Girl-Effect-The-Clock-is-Ticking” yang menceritakan tentang sebuah solusi untuk masalah HIV yang kian mendunia. Dari video itu saya bisa mengambil esensi bahwa pendidikan yang baik dapat menyelamatkan anak perempuan dari penyakit menular seksual, khususnya HIV.
Pendidikan yang dimaksud disini bukan hanya pemberian pengetahuan seksual, tetapi juga pendidikan agama dan moral. Realita yang terlihat sekarang adalah banyaknya pergaulan bebas yang melibatkan pelajar. Seharusnya mereka tahu bahayanya penyakit menular seksual, tetapi mengapa ini bisa terjadi? Karena pendidikan agama dan moral yang kurang. Apalagi perempuan, yang lebih sering berpikir dengan perasaan. Kalau dasar agama dan moralnya rapuh, tentu dia tidak akan tegas dalam menjaga kehormatannya.
Seiring bertambahnya usia, akan hadir masa-masa dimana perempuan mulai berpikiran untuk menggenapkan agamanya, menikah. Disini, “amanah” yang baru siap menyambut mereka. Sebenarnya, menikah sendiri juga merupakan “amanah” yang diemban seorang perempuan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda “Wanita adalah bagian dari pria”. Lalu pernah dengar kalimat “dibalik kesuksesan seorang pria, pasti ada wanita hebat di belakangnya”? Nah, inilah “amanah” itu, menikah, si perempuan akan melengkapi laki-lakinya. Melalui pernikahan, laki-laki akan berubah dan berusaha menjadi lebih baik lagi, bukan untuk dirinya saja, tetapi untuk sang istri tercinta. Melalui pernikahan ini juga, masalah kesehatan  seksual bisa dihindari.
Setelah berganti status menjadi istri, mulai saat itu pula lah “amanah” yang baru dimulai. “Amanah” tersebut adalah mempersiapkan diri menjadi ibu. Sebuah langkah dari istri menjadi ibu bukanlah langkah yang kecil. Banyak yang harus dipersiapkan disana, khususnya untuk menjaga kesehatan baik calon ibu maupun anaknya. Ada beberapa program pemerintah yang wajib diketahui calon ibu. Salah satunya adalah Program Keluarga Berencana (KB) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
Melalui KB, calon ibu bisa menentukan waktu kehamilan, tidak boleh terlalu muda dan tidak boleh terlalu tua. Karena kalau terlalu muda atau terlalu tua bisa mengakibatkan komplikasi saat melahirkan yang akan mengancam kesehatan ibu maupun janinnya. Selain itu, KB juga bisa mengatur pertumbuhan populasi dunia yang meledak. Semakin banyak populasi menyebabkan semakin banyak kemiskinan dan membuat resiko penyakit juga semakin tinggi bukan? KB ini bisa menjadi salah satu pencegahnya.
Untuk P4K, calon ibu bisa mempersiapkan diri bersama suami dan masyarakat untuk berperan aktif dalam merencanakan persalinannya kelak. Tujuan P4K sendiri adalah untuk meningkatkan cakupan dan mutu kelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi serta mempersiapkan diri jika ada komplikasi yang terjadi agar bayi dapat lahir dengan sehat. Di dalam P4K sendiri, ada Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin), Pemasangan Stiker ibu hamil, persiapan kendaraan serta pendonor darah, dan lain-lain. Program yang benar-benar mempersiapkan agar tidak ada masalah kesehatan yang terjadi.
Bagaimana calon ibu? Sudah beres persiapannya? Kalau sudah, silahkan melanjutkan ke tahap selanjutnya, menjadi seorang ibu. Mungkin sudah banyak yang tahu “amanah” apa yang diemban seorang ibu. Mendidik anak. Kunci dunia ke depannya.
Ibu benar-benar memegang peran penting dalam pembentukan karakter anaknya. Ibu adalah orang yang pertama kali anak kenal, ibu lah yang merawat dan menjaga anaknya sejak masih janin. Oleh karena itu, saran untuk ibu-ibu sekalian, rawatlah anak anda dengan tubuh anda sendiri, jangan biarkan anak anda diasuh orang lain, kecuali hal itu memang benar-benar tidak bisa anda lakukan. Karena seorang anak butuh figur dan cinta ibu untuk tumbuh kembangnya.
Saat anak mulai mengerti bahasa dan mulai bisa berpikir, disini “amanah” orangtua (khususnya ibu) sebagai pendidik benar-benar diperlukan. Dalam mendidik anak, tentu ada berbagai macam metode dan berbagai macam hal yang ingin disalurkan ke anak tersebut. Tapi, jangan lupa untuk selalu menyertakan pendidikan moral dan agama. Tegaskan pada anak anda mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan terlalu lembek dan menuruti keinginan anak, jangan sampai “kebaikan” anda malah akan menghancurkan anak anda ke depannya. Sertakan pula cara hidup sehat serta imunisasi mereka agar mereka tidak mudah sakit. Beri mereka pengetahuan sedalam mungkin soal kesehatan, karena kesehatan itu nikmat yang mahal harganya kan?
Nah, itu tadi sepenggal cerita mengenai “amanah” yang diemban oleh perempuan. Belajar sepanjang masa, menikah, persiapan menjadi ibu, mendidik anak. Hanya dengan menjalankan “amanah” itu, masalah kesehatan beberapa orang bisa tereduksi. Bagi yang belum menjalankan, silahkan dijalankan sesuai metode masing-masing. Jika ada yang sudah menjalankan, maka “amanah” anda bertambah satu. Menyebarkan dan mengedukasi orang-orang mengenai “amanah” perempuan ini, buat mereka paham dan menjalankannya juga. Ya, domino effect. Sekarang, coba bayangkan apa yang akan terjadi jika semua perempuan di dunia ini tahu akan hal ini dan mencoba menjalankannya? Berapakah jumlah penurunan angka terjadinya masalah kesehatan global?
Terakhir, tulisan ini hanyalah teori belaka jika tidak ada yang ingin mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, mari kita mulai dari diri kita terlebih dahulu, lalu tunjukkan ke semua perempuan di dunia akan pentingnya “amanah” ini. Mari kita buat dunia lebih sehat untuk generasi selanjutnya. Semoga dunia tanpa masalah kesehatan bukan hanya mimpi belaka. Semoga bermanfaat.

*Essay EMERGENCY*
Mbik, 2013

Friday, February 1, 2013

PENGMAS INTERNASIONAL FKH UA feat. FK UA (day 1)


Sebuah cerita singkat namun mengesankan sebagai pengisi liburan semester 3 ini..

Berawal dari sms dadakan Rizqi, kadep Pengmas BEM KM FKUA tahun 2013 ini, tanggal 17 Januari 2013 tentang adanya baksos kerjasama antara FK (Fakultas Kedokteran)  dan FKH (Fakultas Kedokteran Hewan). Dia mengajak untuk mengikuti baksos FKH ke Tuban, tanggal 22 Januari 2013. Awalnya mikir, kalau diajak artinya semua sudah dipersiapkan oleh dia atau pihak FKH, jadi santai saja. Eh ternyata semua belum fix sampai hari itu, mulai dari konsep acara, alat, teknis, dan sebagainya. Mangkel sih awalnya, kenapa gak dari dulu bilangnya, tapi gimana lagi, gak mungkin juga nolak, mending ngehubungi pihak FKHnya dulu untuk memastikan sikonnya. Besoknya langsung deh ke FKH, bertemu mbak Tata, mbak Cacan, mas Rembes, mas Dimas, mas Diar, membicarakan berbagai hal tentang baksosnya dan akhirnya semuanya fix kecuali siapa peserta dari FK dan teknis dengan dokter disana. Rencananya, selama tanggal 22-24 Januari, kami mengadakan pemeriksaan gratis (tensi + cek gula darah), penyuluhan cuci tangan ke anak SD dan penyuluhan DBD ke penduduk. Selain itu, kami akan diajak mengikuti pemeriksaan kesehatan hewan (keswan) yang merupakan inti dari acara PENGMAS INTERNASIONAL ini.

Mulailah persiapan mencari peserta, sms sana-sini, jarkom juga, update twitter, yah tapi akhirnya yang bisa ikut cuma beberapa mahasiswa 2011 dan 2012. H-2, waktu ngehubungin dokternya, malah ditolak kalau yang ikut cuma angkatan 2011 dan 2012, dikiranya bakal ada pengobatan gratis, jadi minimal ada angkatan 2009 lah. Sempet bingung jadi berangkat atau nggak, bingung disana bakal ngapain, takut ngecewain dokternya maupun pihak FKH. Untung melalui koneksi KKN, pihak FKH bisa mengajak 2 orang dari angkatan 2009. Dan kami pun siap berangkat, 6 orang dari FK, aku, Firas Farisi, Hesty Nandha, Basitha Ellabiba, mbak Rina, mbak Rosyita !

Hari H pun tiba, kami berkumpul di FKH jam 6 pagi untuk mengikuti pelepasan dari Dekan FKH (yang diwakilkan oleh Wadek 1 FKH, Dr. H. Anwar Ma'ruf M.Kes, drh.). Dan ternyata dari sekian banyak peserta PENGMAS ini, ada pembagian kelompok, dimana kelompok-kelompok itu akan disebarkan di 5 Kecamatan di Tuban, yaitu Montong, Parengan, Kerek, Jenu, dan Palang. Dan kami ikut menginap bersama panitia Koordinator Pusat, di Montongsekar. Pelepasan dekanat selesai, kami beranjak menuju bis 3. Kira-kira jam 7.45, kami berangkat menuju Tuban. Bismillah :)

Jam 11 kami tiba di Kantor Bupati Tuban, dan langsung "dijamu" oleh perangkat kerja Kabupaten Tuban. Aku sendiri hanya ikut sebentar, karena harus segera menghubungi dokter. Sekitar jam 1, aku, mbak Rosyita, mas Rembes dan mas Angga pergi menuju puskesmas desa Montong. Sepanjang perjalanan penuh sawah dan hijaaaaaaaauuuuuuu pol. Eh tapi sialnya, sampai disana ternyata dokternya sudah pulang. Alhasil kami hanya bisa menghubungi lewat telepon saja. Karena nganggur, akhirnya kami menunggu anak-anak lainnya di pendopo desa Montong Sekar. Dan setelah mereka sampai, mereka membentuk kelompoknya masing-masing dan diantar oleh perangkat desa yang bersangkutan menuju tempat dimana mereka akan menginap selama 9 hari ini. Aku pun ikut rombongan korpus menuju rumah di desa Pucangan, dibonceng mas Hendrik. Di perjalanan, bau sawah campur bau hujan dan bau-bau kotoran hewan bikin suasana semakin segar dan menyenangkan. Sampai disana, antara shock sama senang, rumahnya bagus banget ternyata, gak ngira bakal nginep di rumah yang bagus seperti itu di acara Pengmas gini ini, hahaha..

Hari pertama penuh dengan "sungkan mau kenalan", "bingung mau ngapain" dan sebagainya. Yah, akhirnya saat mulai malam baru bisa kenalan dengan mbak mas FKH yang ternyata 2009 semua, Alhamdulillah berasa muda.. Makan malam pun tiba, aku sendiri awalnya mikir bakalan makan "seadanya" (bener-bener seadanya), eh ternyata banyak nasinya dan lauknya pun masih di atas standard. Nikmat banget deh, gak berasa lagi ngelakuin pengmas, sejahtera terus makannya :)

Masalah pun datang saat ternyata dokternya mengira kalau pemeriksaan gratis bakalan diadakan hari Kamis, padahal di rundown akan diadakan hari Rabu. Yah, akhirnya daripada acara berantakan dan sedikit yang bisa datang, kami ngikut saja, Rabu digunakan untuk penyuluhan cuci tangan + ikut Keswan, sedangkan Kamis untuk pemeriksaan gratis (yang akhirnya menjadi pengobatan gratis) + Penyuluhan DBD. Padahal kami niat pulang lebih awal hari Kamis itu, tapi gimana lagi, terima sajalah...

Kempus sih awalnya, tapi kudu tetep semangat kan? Hari pertama selesai, kami siap untuk hari kedua dan ketiga! :)